Buku Behind The Scene: Pendekar Tongkat Emas


Terhadap film 'Pendekar Tongkat Emas', gue kurang terkesan. Bukannya jelek, tapi ngelihat orang-orang yang terlibat, ekspektasi gue udah telanjur ketinggian. Ternyata hasilnya mirip nonton Polwan nyanyi. Maksudnya, kalo di acara keriaan ada Polwan yang didapuk nyanyi, biasanya suaranya keren... untuk ukuran Polwan. Tapi kalo diadu lawan penyanyi profesional ya kalah. Film ini juga begitu; untuk ukuran sekumpulan bintang drama yang dituntut harus beradegan action, mereka luar biasa. Tapi kalo dibanding aksi laganya Iko Uwais atau Yayan Ruhiyan ya kalah. Sedangkan dari plot maupun filosofi cerita, rasanya juga kurang menggemaskan. Jadinya ya... begitu aja.

Tapi walaupun filmnya biasa aja, proses pembuatannya pasti tetep menarik. Itulah sebabnya gue nggak ragu menyomot buku ini dari rak. 



Penulis buku ini adalah Rita Triana Budiarti, seorang (mantan?) wartawan Gatra. Sebelum menulis buku ini, rupanya dia juga udah menulis buku behind the scene lainnya yaitu untuk film Laskar Pelangi dan film Sang Pemimpi. Kedengerannya pekerjaan yang menyenangkan sekali! 

Dalam buku ini diceritakan bagaimana Mira Lesmana yang waktu kecil demen baca komik silat sangat terobsesi bikin film silat. Apa daya, sutradara kepercayaannya, Riri Riza, angkat tangan waktu diajak bikin film silat karena merasa bukan bidangnya. Maka Mira menggandeng Ifa Isfansyah, sutradara yang pernah menang Piala Citra lewat film Sang Penari

Salah satu yang aspek yang sempet menarik perhatian gue waktu nonton film ini adalah ketelitian perancang busananya, dan soal itu dibahas tersendiri dalam bukunya. 



Maksud gue, film ini kan ber-setting zaman dulu, akan aneh banget kalo tiba-tiba perancang busananya teledor bikin kostum dengan kancing jepret atau ritsleting. Atau pake sendal gunung kayak sinetron silat abal-abal di TV. Ternyata bukan cuma model pakaiannya, tapi juga bahannya dipertimbangkan agar tetep nampak bagus saat dipake beradegan laga. 

Pembangunan setting-nya juga luar biasa. 



Boleh dibilang mereka membangun beberapa kampung hanya untuk bikin film ini. Dan tau nggak, karena di Sumba, lokasi shooting mereka, dilarang menebang pohon, maka kayu-kayunya didatangkan dari Jawa! 

Tentunya ada juga cerita tentang pembuatan tongkat emasnya: 



Tongkat ini ternyata dibuat oleh seorang perajin dari Bali, dengan syarat proses pembuatannya nggak boleh dilihat oleh siapapun! Tentunya setelah tongkatnya jadi, Sang Perajin nggak terima request untuk revisi... sebuah kondisi impian para graphic designer seluruh dunia. 

Kesimpulannya, buku ini sangat menarik dimiliki oleh penggemar film pada umumnya, dan tetap bisa dinikmati sekalipun nggak terlalu terkesan dengan film Pendekar Tongkat Emas sendiri. Dicetak di kertas art paper, dan 100% halamannya berwarna. 

===
Pendekar Tongkat Emas
Behind The Scene

Rita Triana Budiarti

128 halaman, 21 cm

2014; PT Gramedia Pustaka Utama

Komentar

  1. Ada yang kelewatan yah... soal ikat kepala ala nusantara. Mestinya kita kan begitu kaya ttg berbagai model ikat kepala, knp koq tdk diekspos hal itu di sini? Alih-alih sanggul atas, urai biasa, kain pengikat kepala yg "ditaruh" seadanya ��
    ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah luput nggak merhatiin sampe situ. Iya, keren kalo lebih diseriusin ya.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer