Review: PK (2014)




Gue bisa terima para jagoan di film bisa ketembak tangannya, meringis bentar, dan 5 menit kemudian sanggup adu jotos lagi. Gue nggak melihat ada yang aneh dengan orang nabrak jendela kaca dan tergores sedikit pun. Satu yang masih susah gue terima dari dulu sampe sekarang: 
para tokoh film yang semenit nampak beraktivitas normal seperti orang pada umumnya, dan semenit kemudian nyanyi. Apalagi kalo ditambah dengan serombongan penari latar.

Serius deh, itu aneh banget. Bayangin kalo terjadi dalam kehidupan nyata. Lu mau pergi. Nunggu bajaj depan gang. Ada bajaj berhenti.

"Bang, ke bioskop berapa?"

Trus dia jawab dengan nyanyian Benyamin, "Malam minggu... kite pergi... ke bioskop..."

Aneh, kan?

Dan para penari latar itu, mereka tadinya ada di mana, coba? Kenapa pas tokoh utamanya mulai nyanyi mereka bisa tiba-tiba nongol, ikut nyanyi, dan tau lirik lagunya? Apakah mereka emang sebenernya dateng bareng si jagoannya, tapi udah dikompakin duluan, "Kalian pada ngumpet dulu ye, nanti kalo gue udah mulai nyanyi, baru pada nongol! Ok?"

"OK Boss."

Makanya gue sebenernya paling males nonton film India, karena udah durasinya rata-rata di atas 2 jam, tiap 5 menit sekali mereka nyanyi. Pake penari latar pula. Dan makanya gue nggak terlalu antusias waktu Ida ngajakin nonton film PK ini.

"Temenku bilang, film ini bagus sekali, Suami. Ada pesan moralnya, tentang agama," katanya.
Film India yang didominasi nyanyi dan joget, tapi membawa pesan tentang agama? Sama sekali nggak terdengar menarik. Tapi semakin lama semakin banyak review positif tentang film ini. Maka gue pun mencoba peruntungan dengan menontonnya. Minimal kalopun jelek, gue bisa numpang tidur 3 jam di kursi empuk bioskop, lumayan.

Film dibuka dengan kemunculan si PK (Amir Khan), alien dari planet lain, dari dalam UFO. Dia sama sekali nggak pake apa-apa, kecuali sebuah kalung berbandul gede yang berfungsi sebagai remote pemanggil UFO kalo nanti mau pulang. Dasar apes, baru beberapa menit mendarat di bumi, dia udah kena tipu. Kalung remote-nya hilang diembat maling.

PK lantas berkelana ke mana-mana demi menemukan remote-nya. Dia lantas menceritakan permasalahannya kepada beberapa orang, dan semuanya bilang "Cuma Tuhan yang bisa bantu lu nemuin tuh remote".

Denger komentar kayak gitu, PK lantas bertekad mencari Tuhan supaya bisa menemukan remote-nya lagi.

Udah deh, cerita film sepanjang 2,5 jam ini dibangun di atas landasan cerita yang sesederhana itu. Tapi justru di situ cerdiknya si Abhijat Joshi dan Rajkumar Hirani, para penulis naskah film ini: dengan memasang tokoh utama seorang alien yang nggak tau apa-apa tentang agama, mereka 'menitipkan' gugatan demi gugatan tentang ritual semua agama. Contohnya, PK digambarkan heran melihat ritual salah satu agama yang menuangkan susu di patung dewa. "Menurutmu, apakah dewa ini dewa yang maha pengasih dan penyayang?" tanya PK.

"Tentu," jawab lawan bicaranya. 

"Lalu kenapa dia menyuruh umatnya menuangkan susu ke patung, dan bukannya membagikan susu ini kepada anak-anak terlantar yang mungkin lebih membutuhkan?" 

Nonton film ini serasa diajak mempertanyakan berbagai hal yang mungkin kita terima begitu aja. Dengan kritis, Rajkumar Hirani sang sutradara merangkap penulis naskah (dulu pernah sukses lewat film 3 Idiots) mengajak penonton merenungkan lagi, mana ajaran agama yang benar-benar datang dari Tuhan, dan mana yang cuma sekedar doktrin bikinan para pemuka agama. Rupanya keadaan di India lebih parah dari Indonesia: konflik antar umat beragamanya udah main bom, bukan sekedar belaga razia miras sambil bawa samurai dan bendera doang. Nonton film ini, gue merasa diajak ketawa... ketawa miris ngelihat betapa absurdnya tindakan-tindakan orang yang mengatasnamakan agama. Andaikan para ekstrimis agama di Indonesia diajak nonton film ini, gue jamin mereka akan rame-rame demo menuntut film ini diturunin dari bioskop! Untungnya, sampe hari ini film PK masih tayang di bioskop 21, padahal dia udah beredar sejak Desember 2014.

Oh iya, tentunya PK nggak sendirian mencari makna Tuhan. Dia ditemenin oleh Jaggu (Anushka Sharma), cewek cakep walau rada montok yang kisah cintanya memegang peranan penting dalam kehidupan PK. 



Dia, digabung dengan alur cerita yang terus berganti mood dari kocak, haru, dan tegang silih berganti, membuat 2,5 jam film ini berlalu tanpa terasa. Sekalipun banyak nyanyiannya.
Buat yang belum nonton, ayo buruan nonton selagi ada!

Komentar

  1. Awalnya "terpaksa" nonton PK karena bos ku (orang pakistan) cerita dengan hingar bingar kerennya cerita ini. Setelah nonton justru terngiang-ngiang ama soundtrack nya yg menurutku seru juga. Kecuali nyanyian Sanjay Dut yang duuuhhh india banget 😔

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gimana dengan pesan ceritanya, ikut terngiang-ngiang nggak?

      Hapus
    2. Nada satire di pesan cerita itu kalo menurutku sudah sering terlontar di kehidupan sehari-hari kita sih. Tapi salut juga sama Rajkumar Hirani yang berani bikin kisah itu di India pula. Kemaren nonton sama temen, yang dia ingat malah "mobil goyangnya", huhhh!!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer